Makassar, 25 September 2016
Perjalanan Lintas Waktu
Saat ini mesin waktu belum ditemukan, untuk memungkinkan kita melakukan perjalanan lintas waktu. Tapi bukti-bukti sejarah seolah sudah memberikan secuil kisah masa lampau nenek moyang kita. Adalah Leang-leang, kawasan karst terbesar kedua setelah Cina Selatan. Diberi predikat World Heritage oleh UNESCO pada tahun 2000 lalu. Masih masuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, dengan luas sekitar 20 ribu hektar. Letaknya 45,7 km dari kota Makassar, dan butuh waktu paling lama dua jam perjalanan melewati jalan Urip Sumoharjo, Perintis Kemerdekaan, terus ke Sudiang sampai ke Maros. Sebenarnya satu jalur kalau mau ke Bantimurung, sampai belokan ke kiri, dan menemukan gerbang masuk ke Leang-leang.
Lukisan pra sejarah
Sebenarnya ada apa sih di kawasan ini? Kok heboh banget ngebahasnya?! Hmm... Jadi di Leang-leang ini terdapat banyak gua tempat tinggal manusia purba guys. Dilihat dari fosil-fosil hewan lunak yang bertebaran di lantai gua, dan lukisan telapak tangan dan juga hewan hasil buruan di dinding gua yang umurnya udah sampai 4000 tahun. Dari pertama masuk gua aja udah serasa seperti kembali ke masa lalu, seperti berkomunikasi dengan mereka lewat karya seni yang ternilai ini. Taman Prasejarah ini luasnya sekitar 5 hektar, dan ada dua gua yang memang dibuka untuk umum. Dan saya punya kesempatan untuk mengambil gambar sambil menunjukkan video dokumentasinya dibawah artikel ini.
Jalan ke Lokasi
Jalan yang panjang. Bukan jalan kenangan yah!
Tempat ini cukup bersih guys, dirawat dengan baik, dan juga panoramanya yang gak kalah menarik, bisa jadi kenangan tersendiri sepulang dari sini. Btw, kalau mau masuk ke taman ini, Anda harus merogoh gocek Rp. 12rb/org, itu belum termasuk biaya makan. Tapi saya pribadi, gak merasa lapar sama sekali, soalnya menikmati keindahannya seolah bikin lupa waktu hehe... Tapi ada kok kantin di kawasan ini, jadi tenang aja masalah makanan. Perjalanan yang singkat ini saya pergunakan sebaik-baiknya untuk menggali info sebanyak-banyaknya, dibantu pegawai pemerhati lingkungan yang baik hati (lingkungan aja diperhatiin, apalagi hubungan kita! *eh).
Pemerhati Lingkungan
Kalau mendengar kata "Maros", yang pertama muncul dipikiran adalah Bantimurung dan berbagai macam spesies kupu-kupu yang sudah fenomenal. Di Leang-leang juga ada kupu-kupu tapi jumlahnya sedikit guys, yah lumayanlah penyejuk mata, apalagi waktu saya ke sana, siangnya hujan, jadi udara agak sedikit dingin, dan keluarlah kecantikan kawasan ini dan berbagai spesies serangganya. Di beberapa titik kawasan ini banyak dipasangi penunjuk jalan, tempat sampah, dan papan pengingat Anda untuk selalu menjaga lingkungan. Gak ada yang gratis di dunia ini guys, bahkan untuk menjaga lingkungan ini kita masih perlu membayar, sebagai bentuk kepedulian, yah gak?!
Comments