Ahmed

Writer, Traveller, and Videographer

Balada Rindu: Doa dan Harap.

Diterbitkan tanggal

Doa dan Harap.

Assalamu alaikum buatmu yang pernah terindah di manapun kau berada sekarang. Rasa-rasanya emang udah mustahil mengharapkan perhatianmu walau secuil. Asal kau tahu saja, kenapa saya selalu berusaha mencarimu, itu karena aku ingin bicara. Ingin kuluapkan emosi tersirat dari kumpulan pertanyaan dan kebimbangan.

Aku selalu berusaha memahami keadaanmu, berusaha jadi seseorang yang selalu menanyakan kabarmu, atau sekadar bertanya "udah makan" atau belum, berusaha jadi telinga yang baik, dan pundak yang kokoh sebagai sandaranmu ketika kau lelah menghadapi duniamu, berusaha menjadi pria posesif yang senantiasa memperhatikanmu, seperti yang kau inginkan dulu.

Waktu dua bulan, cukuplah untuk membuat pikiranku risau, diisi pahit manis dan tiap sisi dari dua hati. Cukup membuatku kacau, berlinang peluh dalam kisah canda tawa yang menderu. Meskipun aku tidak pernah tahu, kasih itu murni dan menggebu-gebu, atau cuma dusta, cinta semu dan nafsu.

Entah kenapa hati ini belum mampu melepasmu, tapi seiring waktu, mungkin itu akan berlalu.

Satu yang tidak kumengerti darimu, sayang: "kenapa kau berusaha menghindar dariku?" Berusaha menutup jalanku untuk melirik kisahmu? Kenapa? Apa kau membenciku? Aku perlu tahu. Aku perlu bicara dan menyelesaikan semuanya dengan baik, tanpa harus memutus tali silaturrahmi seperti itu.

Tapi tenang saja, aku tidak memaksamu untuk mengubah keputusanmu, tidak memaksa untuk ikut andil dalam setiap rencana yang kau susun untuk masa depanmu kelak, tidak akan sewot dengan perubahanmu.

Ada apa denganmu? Aku tidak tahu. Tidak pernah bisa kumengerti dirimu seutuhnya. Tak pernah bisa kulihat jauh ke dalam matamu, 'tuk ungkap tabir kebenaran yang seolah kau kubur dalam, dimana cuma dirimu dan Tuhan yang tahu.

Kau masih ingat, sejak awal, seperti seluruh dunia mengutuk keberadaan kita. Dan berulang kali kau berusaha untuk berhenti mengejar ketidakpastian itu. Tapi aku tidak menyerah sebatas itu, aku berusaha menarikmu ke atas, sederajat dengan ketulusanku. Berusaha meyakinkan dirimu, semuanya akan baik-baik saja. Karena aku yakin pada diriku sendiri, bahwa ku mampu menawarkan kesejukan yang kau cari, dan tidak akan kau dapatkan pada orang lain, aku orangnya unik loh hehe... Meskipun pada akhirnya, aku tersadar bahwa ku mengejar cinta yang takkan pernah bisa kumiliki, selamanya.

Tak ada yang lebih membahagiakan daripada mendengarkan kabar bahwa kau baik-baik saja. Yah, aku lega, sebab sekarang, kau mampu mengorbankan sesuatu demi kebaikan bersama. Dirimu tidak lagi diliputi egoisme sesaat, sekarang tinggallah diriku sendiri, penuh harap akan kebahagian sejati, agar kau mampu memetiknya dari pendampingmu saat ini, yang posesif, protektif, penuh perhatian, penuh cinta, dan perubahan-perubahan positif lainnya. Sama seperti yang kau inginkan dulu. Alhamdulillah.

Tak habis kalimat rinduku untukmu. Walau tak dapat kita rangkai dalam kisah yang lebih panjang dan lebih romantis, atau menghias sabtu malam sembari bernostalgia dan bergaya remaja dimabuk asmara (aseeek).

Hai, untukmu yang rajin tersenyum, dan satu-satunya yang menggugah rasa. Aku yakin, suatu hari nanti, jika kita bertemu lagi, kau sudah menjadi pribadi yang luar biasa, karena kehidupan sudah menerpamu dengan keras, namun kemudian Tuhan datang memelukmu lembut dan mesra, sembari berbisik "kebahagiaan datang pada orang-orang yang bertaqwa". Yang jelas, namamu tak lepas dari doa dan harap. Ingatlah, kita pernah bersama, dalam buaian angan-angan kita.

- Said Kapoor

Comments